Jumat, 10 Mei 2013

Cerpen: Air Mata Harapan

Air Mata Harapan

Oleh: Tri Astuti Wahyuningsih

Air mata mulai menetes, hati terasa sakit dan pilu, hanya keheningan yang merasuk di sudut kamar. Aku hanya bisa terdiam dan mulai mengingat kenangan yang dulu tercipta. Satu bayi mungil keluar dari perut ibu semakin berjalannya waktu mulai tumbuh beranjak remaja dan dewasa. Belaiaan yang dulu selalu hadir disetiap tidurku kini semakin luntur degan berjalannya waktu.

“Nduk sekarang kamu sudah besar, sudah bisa menjaga dirimu sendiri tanpa ada pengawasan dari Ibumu lagi”. Dengan penuh rasa sayang ibu mengatakan itu. Sebuah kepercayaan sudah diamanatkan untuk aku emban. Kepercayaan itu aku gunakan untuk terbang bebas mencari ilmu yang bermanfaat dan kelak akan membawaku ke massa yang indah bersama orang yang aku sayangi. “Ya Bu, doakan aku sukses ya.”

“Ibu selalu mendoakanmu disetiap sujud, jangan khawatirkan Ibu dan Bapakmu, Nduk. Belajarlah yang tekun, jadilah orang sukses agar kelak Ibu dan Bapak bisa melihat kesuksesanmu.”

Hatiku tersengat mendengar jawaban Ibu, hatiku gerimis, kupeluk erat tubuh Ibuku, ku ciumi tangan beliau. Dan ku tatap nanar dengan terbata ku katakana,

“Ibu, aku sayang sekali sama Ibu, terimakasih atas kasih sayang yang kau berikan. Aku akan menjaga kepercayaanmu Ibu, aku disini tak kan berbuat yang mengecewakan Ibu, berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi. Maaf kan anakmu ibu jika dulu waktu kecil ku selalu membantah perintahmu.”

***

Hari yang ditunggu sudah datang, sekitar pukul 9.00 wib. mobil yang membawaku pergi untuk merantau datang untuk menjemputku. Tatapan seorang Ibu yang berat untuk melepaskan anak terakhirnya nampak jelas di raut mukanya. Mata yang merah menahan air mata yang meleleh agar nampak ceria di depanku.

“Ibu aku pamit dulu, doakan aku berhasil mencari ilmu yang banyak di negeri rantauan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Ibu permintaanku hanyalah sebuah doa yang tulus Ibu panjatkan.” Air mataku bercucuran.

“Ya anakku belajarlah dengan sungguh-sungguh agar kelak menjadi orang sukses. Tetap pegang nasehat Ibu. kepercayaan yang sudah Ibu dan Bapak berikan jaga dirimu di negeri yang asing.” Suaranya lirih menitihkan air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi.

“Ya Ibu aku akan selalu ingat pesan itu, selalu disimpan didalam memori hpku Bu.” sambil mengusapkan air mata dan tertawa. Ibu pun jadi ikut tertawa.

Sayang kepergianku Ibu dan Bapak tak bisa mengantarku sampai rumah kedua yang akan aku tempati selama merantau. Tapi tidak apa, doa dan senyuman Ibu akan aku ingat sampai kapanpun.

Aku mengecup pipi dan tangan Ibu dan Bapak dan menyalami semua yang ada dirumah. Aku mulai memasuki mobil dalam hati berkata.

“Aku akan meninggalkan desa ini, desa yang penuh liku-liku perjalananku saat mencari ilmu. Sekarang jalan yang harusku tempuh berbeda jalan. Selamat tinggal, aku pulang dengan membawa perubahan dan membawa beribu-ribu karung ilmu yang akan aku salurkan kepada generasi muda di desa ini. Akan ku ceritakan pengalaman yang sungguh belum pernah mereka jumpai dan mereka kenal. Ibu tetaplah tersenyum aku akan kembali dengan membawa kenginginanmu.”



By Blog KRESKIT with No comments

0 komentar:

Posting Komentar