Hari
Rabu, tepatnya tanggal 3 April 2013 terasa begitu khitmat. Sekitar pukul 20.00
WIB, Hall yang biasanya sudah sepi dari hiruk pikuk mahasiswa terdapati
sekitar 35 mahasiswa PBSI, mereka duduk diatas tikar menghadap podium biru
berhimpit sisi dinding berlambangkan UAD. Jika dilihat sepintas hal ini cukup
memberi tanda tanya bagi mereka yang tak tahu sedang ada acara apakah malam
itu. Manusia Cinta, itulah tulisan
yang terpampang di ruangan yang sudah ditata sedemikian rupa. Benar saja, malam
itu adalah puncak acara diumumkanya lomba menulis puisi yang diadakan oleh
pihak KSS PBSI.
Kelompok
Studi Sastra Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (KSS PBSI) memang punya
banyak andil dalam merangkul para Mahasiswa PBSI yang punya banyak kreatifitas
dalam berkarnya. Hal ini dapat dilihat dari rutinitasnya dalam melakukan
diskusi sastra bersama mahasiswa UAD itu sendiri maupun mereka yang sudah jadi
alumni UAD. Semua itu tentu sangat membantu mereka mereka mahasiswa yang
menekuni dunia sastra khususnya mahasiswa PBSI dalam mencari ilmu yang mungkin
tak sempat mereka dapatkan di bangku kuliah.
Pada
malam penganugrahan juara, meski jumlah peserta tidak mencapai target yang
direncanakan oleh pihak panitia, namun nampaknya hal itu tidak mengurangi
kemeriahan dan antusias mahasiswa dalam menantikan siapa yang akan keluar
menjadi juara lomba. Dengan 2 pembawa acara yakni Ichsan Yunianto Nuansa
Saputra dan Bibit Santoso, acara penganugrahan juara berlangsung dengan cukup
meriah. Juri lomba puisi adalah seorang sastrawan Jogja yakni Bapak
Hari Leo Air, beliu nampak menunggu giliran di barisan paling belakang peserta
lomba yang dengan santainya duduk sambil menikmati rokok kretek.
Acara
pertama diisi dengan membacakan nama-nama pemenang lomba, mulai dari Juara
harapan 2 yang di juarai oleh Widya Prana Rini, kemudian Juara harapan 1 oleh
Niswatun Khasanah, Juara 3 oleh Ari Prasetyo Nugroho, Juara 2 oleh Arfiansyah
Panji Punandaru dan Juara pertama yang dijuarai Oleh Aditya Dwi Yoga.
Masing-masing pemenang mendapatkan trofi dan juga sertifikat, sedang peserta
yang masih belum mendapatkan kesempatan menjadi juara pada event tersebut mendapatkan buku dokumentasi puisi tak terkecuali
mereka yang menjadi juara lomba. buku dokumentasi tersebut berjudul Manusia Cinta.
Setelah
serah terima penghargaan, acara dilanjutkan ke bagian bedah puisi. Pemateri
malam itu ialah Bapak Wahid Eko Purwanto yang juga dosen PBSI UAD, beliau
bersama Juri lomba yakni Bapak Hari Leo Air di Moderatori oleh Angga Trio
Sanjaya yang juga mahasiswa PBSI UAD. Pada malam itu yang tak kalah menarik
ialah turut hadirnya para mahasiswa asing Cina yang juga merupakan mahasiswa UAD.
Mahasiswa-mahasiswa tersebut datang dengan didampingi oleh Iqbal H Saputra yang
merupakan Alumni PBSI UAD, dan mereka berjumlah 9 orang.
Acara
selesai sekitar pukul 22.00 WIB. Sebelum berakhirnya acara sempat dilakukan
sesi tanya jawab antara peserta lomba dan pemateri. Dalam sesi tanya jawab yang
cukup singkat itu Bapak Leo mengungkapkan beberapa hal penting tentang
berpuisi. “Puisi tidak menjanjikan apa-apa, tetapi kenapa kita masih menulis
puisi” ujarnya. Maksud daripada kata kata itu ialah betapa puisi memang
bukanlah prioritas utama hidup seseorang, namun nampaknya puisi selalu punya
tempat yang istimewa dalam diri tiap manusia. Dan seakan tak mau kalah, Bapak
Wahid juga ikut menimpali, “puisi itu harus bercerita, apapun puisinya” tandas
dosen yang selalu berpenampilan sederhana ini.
(Rio Pamungkas)
0 komentar:
Posting Komentar