Senin, 30 Mei 2011

cerpen Mading ed. Juni 2011


Nama    :               Subagiyo
NIM        :               08003009

Suara

Suara...

Suara yang selalu membuat saya mual karena suara yang tak pernah saya kehendaki. Pengen muntah saat mendengarkannya. Bukan mendengarkannya melainkan terdengar oleh kuping saya sebab saya tak pernah benar-benar ingin mendengarkannya. Jadi pengen muntah, mengeluarkan semua yang saya telan tadi waktu jam kosong didepan kampus, es cendol yang sudah usang berubah warna menjadi lebih pudar seperti cacing karena sudah terkena asam didalam lambung,  bersama lendir-lindir dan bau yang sedikit menyengat bersama bakwan malang yang bentuknya sudah seperti kotoran babi, lencret dan sangat menjijikan.

“ huft... tak apalah demi masadepan ”
saya akan mendengarkannya...

Suara yang selalu membuat saya muak bersama suara kipas angin tua yang tak pernah berhenti berputar karena selalu itu-itu saja yang terdengar, sedikit pengetahuan banyak cerita tentang kehidupannya yang dibicarakan, bukan dibicarakan melainkan diceritakan dengan bangganya. Kalau dibicarakan semua bisa mendiskusikannya atau menanyakannya? Tetapi bercerita dengan bangga seakan tak ada seorang pun yang sehebat dia walaupun saya tak pernah mau tahu dengan itu! Brengsek!!! Dalam hati berkata. Jadi muak pengen membanting apa pun yang ada didepan saya, seperti saat saya melihat cewek cantik dan manis, berboncengan mesra diatas sepeda motor bersama dengan cowok jelek item, rambutnya keriting, kumal, mlulutnya kayak bemo  dan tak rapi sedikit pun yang tak lebih baik dengan Latiep teman kuliah yang selalu duduk disebelah kiri saya dengan bibir jontornya. Didalam hati saya berkata, betapa tidak adilnya dunia ini?


“menjengkelkan.... sabar,,sabar...”
saya akan mendengarkannya...!

  Suara yang selalu membuat saya mengantuk pengen tidur karena seperti didongengi, suara yang merdu seperti rintikan gerimis diatas atap kamar tidur yang tiada lelah dan mendayu-dayu yang selalu bisa membuat saya tidur dengan nyaman walaupun suara petir minyambar dengan kencang dan membuat saya tidur lebih lelap saat udara menjadi lebih dingin, membuat saya tak mampu terjaga dikala suara adzan subuh berkumandang dan membuat saya membalikkan badan sambil membenahi selimut yang tak lagi menutupi seluruh tubuh karena sorot matahari mulai menerobos tirai jendela yang sikit terbuka. Suara yang selalu menggoda saya untuk mencoba memejamkan mata, suara yang terdengar seperti nyanyian uyon-uyon* dan lembut menggoda mata seperti suara pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang selalu didengarkan olek bapak saya dimalam minggu, terdengar terasa damai dan mengenakkan walaupun sebenarnya saya tak pernah paham bahkan suka, terasa nyaman munkin sebab sudah terbiasa mendengarkannya bukan karena hobi mendengarkannya. Suara yang sangat merdu dan selalu membuat saya mengantuk itu tak pernah tahu kalau suara itu sendiri tak pernah bisa memberi motifasi atau memberi semangat, suara itu kelihatan tak pernah perduli dengan semua kuping yang mendengarkan dan dengan semua pasang mata yang sudah mulai berkurang sinarnya entah itu lelah sebab benar-benar memperhatikan atau hanya berpura-pura memperhatikan sambil mengkhayal pikirannya kemana-mana. Suara itu seakan-akan hanya sebagai formalitas ditanggal muda dibandingkan dengan suara tugas mulia.

“ hua,,,membosankan.... pengen kabur rasanya. Udah jam berapa Tep?”
” baru jam 8 lebih lima menit”
” masih lama ya ”
” sebentar lagi....”

Buat saya satu menit seperti satu jam lamanya berada diruangan ini, pengen sekali rasanya kabur dari ruangan yang pengap, panas dan brisik ini. Ruangan yang sangat gaduh dengan suara-suara yang datang silih berganti, dari suara keras didepan kelas yang tiada berhenti mengoceh, walau sampai mulutnya berbusa pun masih saja tetap mengoceh, suara samar-samar  dari mulut-mulut yang berada menyebar diruangan ini, suara dari ruangan kelas sebelah, suara motor-motor yang lewat di depan kelas, suara kerata api yang datang tiap setengah jam sekali, suara Hp yang tiba-tiba berbunyi diatas meja...Wua....brisiknya!!!

saya akan tetap mendengarkannya...

Suara yang selalu membuat kepala saya ingin meledak, karena pusing. Terasa cenut-cenut dan membuyarkan otak seakan-akan ingin meminum oskadon yang katanya bisa menghilangkan sakit kepala seperti yang tertulis dikemasannya DAPAT MENGHILANGKAN SAKIT KEPALA. Pengen rasanya minum oskadon sebanyak-banyaknya kalau perlu 3 tablet, bukan 3 tablet melainkan tiga saset sekaligus biyar cepat sembuah atau cepat masuk rumah sakit biyar cepet-cepet bisa lari dari suara itu. Pusing mungkin karena otak yang ada didalamnya sudah penuh. Penuh dengan hal-hal yang jorok atau dengan khayalan-khayalan yang tak mungkin atau otak sudah merasa panas dan mendidih seperti bubur yang sudah mulai matang. Atau mau meledak karena suara itu yang tak bisa saya mengerti walaupun saya sudah berfikir sangat keras?

“ brengsek...! bagaimana ini? ”
” aku tak bisa memahaminya”
Saya akan tetap mendengarkanya..

Suara...

Benarkah suara-suara itu yang akan membimbing saya kemasa depan, mengantarkan semua menuju kejalan cita-cita dan khayalan yang kalau saya pikir dengan logika tak mungkin akan tercapai walaupun berusaha dengan sebaik-baiknya? Yang kata suara itu kejarlah cita-cita setinggi langit dan impian harus diperjuangkan! Mengejar cita-cita? Bagaimana caranya? Apa dengan pesawat super sonic yang kecepatannya melebihi kecepatan suara? Atau, apa dengan selalu mendengarkan suara-suara itu yang kadang memebuat saya mual, membuat saya muak, membuat saya mengantuk, dan membuat kepala saya ingin meledak. Apa dengan itu semua cita-cita dapat saya rengguh? Bukannya cita-cita itu harus dimulai dan dilaksakan! Cita-cita juga butuh modal dan hubungan tidak hanya cukup dengan mendengar suara-suara itu yang kadang memebuat saya mual, membuat saya muak, membuat saya mengantuk, dan membuat kepala saya ingin meledak.  Impian harus diperjuangkan mungkin itu salah satu suara  yang membuat saya mampu bertahan diatas kemualan, kemuakan, rasa ngantuk dan otak yang terasa panas. Tapi buat saya semua cita-cita dan impian adalah hal yang memualkan, memuakkan, meletihkan sehingga selalu ingin memejamkan mata dan terlalu memeras otak untuk berpikir karena cita-cita dan impian adalah sumber dari masalah.

“ hem....sok mikr ah”

Suara..

Orang bisa tersenyum ketika bersuara membicarakan tentang cita-cita dan impian mereka dimasa depan, mereka mengkhayalkan dan membicarakan dengan yakin dan tanpa beban seakan-akan itu kelak akan menjadi sebuah kenyataan yang sangat indah, sebab yang dikhayalkan menjadi kenyataan, semua yang diimpikan dapat terengguh tanpa masalah atau rintangan. Terus saja mengkhayal!!! Dasar tukang khayal, tak pernah menyadari kenyataan yang ada didepannya dan tak pernah memikirkan masalah yang kelak akan dihadapi. Huft... Mereka tak pernah tahu apa itu akan benar-benar menjadi kenyataan atau hanya akan menjadi sebuah cita-cita dan impian saja sampai saat ajal menjemput. Buat saya, saat membicarakan cita-cita dan impian adalah memualkan sebab saya merasa eneg pengen muntah mengeluarkan semua yang ada didalam lambung, usus, perut bersama lendir-lendir dan bau busuk yang menyengat sehingga orang yang menciumnya menjadi ingin muntah-muntah juga, saya eneg dengan cita-cita yang saya impikan mungkin karena cita-cita itu sendiri. Membicarakan cita-cita juga membuat saya muak. Muak karena keadaan saya sendiri. Saya sadar dengan segala keterbatasan dan kemampuan saya. Suara  itu tak pernah lelah melantun memberi motifasi tetapi suara itu juga tak pernah memberi janji, semangat saya sudah lelah dan letih sebab saya tak pernah mendengar suara-suara yang bisa membuat benar-benar yakin dengan apa yang saya lakukan. Cita-cita dan impian membuat saya benar-benar dalam masalah sebab saya harus mampu berpikir dan keluar dari suara itu yang kadang menginginkan saya dapat berkata seperti itu.

Suara..

Suara dapat menenangkanmu

tetapi suara tak dapat memelukmu

Suara dapat menunjukan jalanmu

tetapi suara tak dapat mengantarkanmu

Suara adalah anugrah Tuhan yang sangat indah walau kadang memualkan, memuakan, melelahkan dan membuat pusing.

Saya akan tetap mendengarkannya.

Suara itu yang kelak akan mengantarkan saya kemasadepan. Disetiap ruang kelas yang selalu menggema. Hidup kadang memang membosankan tetapi buat apa kita hidup kalau tak dimaknai dalam setiap hembusan nafas. Apa hidup hanya akan menunggu mati? Suara itu apakah juga akan menjadi masadepan dan tujuan hidup saya? ketika saya tak dapat lari dan menghindar lagi, nasi mungkin belum menjadi bubur tetapi apa saya akan menyia-nyiakan umur? Suara itu yang kadang memebuat saya mual, membuat saya muak, membuat saya mengantuk, dan membuat kepala saya ingin meledak apakah kelak suara saya akan seperti itu? Belajar dari suara dan menjadi suara yang lebih baik mungkin itu hal yang realistis dan terbaik dalam hidup saya.


Cublak, 22 april 2001

By Blog KRESKIT with No comments

0 komentar:

Posting Komentar